watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Bibiku adalah cintaku




Semenjak aku SMA, aku selalu pilih-pilih dalam
mencintai wanita. Itulah mungkin yang
mengakibatkan aku tidak pernah mendekati seorang
cewek pun di SMA. Padahal boleh dibilang aku ini
bukan orang yang jelek-jelek amat. Para gadis
sering histeris ketika melihat aku beraksi dibidang
olahraga, seperti basket, lari dan sebagainya. Dan
banyak surat cinta cewek yang tidak kubalas. Sebab
aku tidak suka mereka. Untuk masalah pelajaran aku
terbilang normal, tidak terlalu pintar, tapi teman-
teman memanggilku kutu buku, padahal masih
banyak yang lebih pintar dari aku, mungkin karena
aku mahir dalam bidang olahraga dan dalam
pelajaran aku tidak terlalu bodoh saja akhirnya aku
dikatakan demikian.
Ketika kelulusan, aku pun masuk kuliah di salah satu
perguruan tinggi di Malang. Di sini aku numpang di
rumah bibiku. Namanya Dewi. Aku biasanya
memanggilnya mbak Dewi, kebiasaan dari kecil
mungkin. Ia tinggal sendirian bersama kedua
anaknya, semenjak suaminya meninggal ketika aku
masih SMP ia mendirikan usaha sendiri di kota ini.
Yaitu berupa rumah makan yang lumayan laris,
dengan bekal itu ia bisa menghidupi kedua anaknya
yang masih duduk di SD.
Ketika datang pertama kali di Malang, aku sudah
dijemput pakai mobilnya. Lumayanlah, perjalanan
dengan menggunakan kereta cukup melelahkan.
Pertamanya aku tak tahu kalau itu adalah mbak
Dewi. Sebab ia kelihatan muda. Aku baru sadar
ketika aku menelpon hp-nya dan dia
mengangkatnya. Lalu kami bertegur sapa. Hari itu
juga jantungku berdebar. Usianya masih 32 tapi dia
sangat cantik. Rambutnya masih panjang terurai,
wajahnya sangat halus, ia masih seperti gadis. Dan
di dalam mobil itu aku benar-benar berdebar-debar.
“Capek Dek Iwan?”, tanyanya.
“Iyalah mbak, di kereta duduk terus dari pagi”,
jawabku. “Tapi mbak Dewi masih cantik ya?”
Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu”.
Selama tinggal di rumahnya mbak Dewi. Aku sedikit
demi sedikit mencoba akrab dan mengenalnya.
Banyak sekali hal-hal yang bisa aku ketahui dari
mbak Dewi. Dari kesukaannya, dari pengalaman
hidupnya. Aku pun jadi dekat dengan anak-anaknya.
Aku sering mengajari mereka pelajaran sekolah.
Tak terasa sudah satu semester lebih aku tinggal di
rumah ini. Dan mbak Dewi sepertinya adalah satu-
satunya wanita yang menggerakkan hatiku. Aku
benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi aku tak yakin
apakah ia cinta juga kepadaku. Apalagi ia adalah
bibiku sendiri. Malam itu sepi dan hujan di luar sana.
Mbak Dewi sedang nonton televisi. Aku lihat kedua
anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke
ruang depan. Tampak mbak Dewi asyik menonton
tv. Saat itu sedang ada sinetron.
“Nggak tidur Wan?”, tanyanya.
“Masih belum ngantuk mbak”, jawabku.
Aku duduk di sebelahnya. Entah kenapa lagi-lagi
dadaku berdebar kencang. Aku bersandar di sofa,
aku tidak melihat tv tapi melihat mbak Dewi. Ia tak
menyadarinya. Lama kami terdiam.
“Kamu banyak diam ya”, katanya.
“Eh..oh, iya”, kataku kaget.
“Mau ngobrolin sesuatu?”, tanyanya.
“Ah, enggak, pingin nemeni mbak Dewi aja”,
jawabku.
“Ah kamu, ada-ada aja”
“Serius mbak”
“Makasih”
“Restorannya gimana mbak? Sukses?”
“Lumayanlah, sekarang bisa waralaba. Banyak
karyawannya, urusan kerjaan semuanya tak serahin
ke general managernya. Mbak sewaktu-waktu saja
ke sana”, katanya. “Gimana kuliahmu?”
“Ya, begitulah mbak, lancar saja”, jawabku.
Aku memberanikan diri memegang pundaknya
untuk memijat. “Saya pijetin ya mbak, sepertinya
mbak capek”.
“Makasih, nggak usah ah”
“Nggak papa koq mbak, cuma dipijit aja, emangnya
mau yang lain?”
Ia tersenyum, “Ya udah, pijitin saja”
Aku memijiti pundaknya, punggungnya, dengan
pijatan yang halus, sesekali aku meraba ke bahunya.
Ia memakai tshirt ketat. Sehingga aku bisa melihat
lekukan tubuh dan juga tali bh-nya. Dadanya mbak
Dewi besar juga. Tercium bau harum parfumnya.
“Kamu sudah punya pacar Wan?”, tanya mbak
Dewi.
“Nggak punya mbak”
“Koq bisa nggak punya, emang nggak ada yang
tertarik ama kamu?”
“Saya aja yang nggak tertarik ama mereka”
“Lha koq aneh? Denger dari mama kamu katanya
kamu itu sering dikirimi surat cinta”
“Iya, waktu SMA. Kalau sekarang aku menemukan
cinta tapi sulit mengatakannya”
“Masa’?”
“Iya mbak, orangnya cantik, tapi sudah janda”, aku
mencoba memancing.
“Siapa?”
“Mbak Dewi”.
Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu ini”.
“Aku serius mbak, nggak bohong, pernah mbak
tahu aku bohong?”,
Ia diam.
“Semenjak aku bertemu mbak Dewi, jantungku
berdetak kencang. Aku tak tahu apa itu. Sebab aku
tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Semenjak itu
pula aku menyimpan perasaanku, dan merasa
nyaman ketika berada di samping mbak Dewi. Aku
tak tahu apakah itu cinta tapi, kian hari dadaku makin
sesak. Sesak hingga aku tak bisa berpikir lagi mbak,
rasanya sakit sekali ketika aku harus membohongi
diri kalau aku cinta ama mbak”, kataku.
“Wan, aku ini bibimu”, katanya.
“Aku tahu, tapi perasaanku tak pernah berbohong
mbak, aku mau jujur kalau aku cinta ama mbak”,
kataku sambil memeluknya dari belakang.
Lama kami terdiam. Mungkin hubungan yang kami
rasa sekarang mulai canggung. Mbak Dewi
mencoba melepaskan pelukanku.
“Maaf wan, mbak perlu berpikir”, kata mbak Dewi
beranjak. Aku pun ditinggal sendirian di ruangan itu,
tv masih menyala. Cukup lama aku ada di ruangan
tengah, hingga tengah malam kira-kira. Aku pun
mematikan tv dan menuju kamarku. Sayup-sayup
aku terdengar suara isak tangis di kamar mbak
Dewi. Aku pun mencoba menguping.
“Apa yang harus aku lakukan?….Apa…”
Aku menunduk, mungkin mbak Dewi kaget setelah
pengakuanku tadi. Aku pun masuk kamarku dan
tertidur. Malam itu aku bermimpi basah dengan
mbak Dewi. Aku bermimpi bercinta dengannya, dan
paginya aku dapati celana dalamku basah. Wah,
mimpi yang indah.
Paginya, mbak Dewi selesai menyiapkan sarapan.
Anak-anaknya sarapan. Aku baru keluar dari kamar
mandi. Melihat mereka dari kejauhan. Mbak Dewi
tampak mencoba untuk menghindari pandanganku.
Kami benar-benar canggung pagi itu. Hari ini nggak
ada kuliah. Aku bisa habiskan waktu seharian di
rumah. Setelah ganti baju aku keluar kamar.
Tampak mbak Dewi melihat-lihat isi kulkas.
“Waduh, wan, bisa minta tolong bantu mbak?”,
tanyanya.
“Apa mbak?”
“Mbak mau belanja, bisa bantu mbak belanja?
Sepertinya isi kulkas udah mau habis”,katanya.
“OK”
“Untuk yang tadi malam, tolong jangan diungkit-
ungkit lagi, aku maafin kamu tapi jangan dibicarakan
di depan anak-anak”, katanya. Aku mengangguk.
Kami naik mobil mengantarkan anak-anak mbak
Dewi sekolah. Lalu kami pergi belanja. Lumayan
banyak belanjaan kami. Dan aku menggandeng
tangan mbak Dewi. Kami mirip sepasang suami
istri, mbak Dewi rasanya nggak menolak ketika
tangannya aku gandeng.Mungkin karena barang
bawaannya banyak. Di mobil pun kami diam.
Setelah belanja banyak itu kami tak mengucapkan
sepatah kata pun. Namun setiap kali aku bilang ke
mbak Dewi bahwa perasaanku serius.
Hari-hari berlalu. Aku terus bilang ke mbak Dewi
bahwa aku cinta dia. Dan hari ini adalah hari ulang
tahunnya. Aku membelikan sebuah gaun. Aku
memang menyembunyikannya. Gaun ini sangat
mahal, hampir dua bulan uang sakuku habis.
Terpaksa nanti aku minta ortu kalau lagi butuh buat
kuliah.
Saat itu anak-anak mbak Dewi sedang sekolah. Mbak
Dewi merenung di sofa. Aku lalu datang kepadanya.
Dan memberikan sebuah kotak hadiah.
“Apa ini?”, tanyanya.
“Kado, mbak Dewikan ulang tahun hari ini”,
Ia tertawa. Tampak senyumnya indah hari itu.
Matanya berkaca-kaca ia mencoba menahan air
matanya. Ia buka kadonya dan mengambil isinya.
Aku memberinya sebuah gaun berwarna hitam
yang mewan.
“Indah sekali, berapa harganya?”, tanyanya.
“Ah nggak usah dipikirkan mbak”, kataku sambil
tersenyum. “Ini kulakukan sebagai pembuktian
cintaku pada mbak”
“Sebentar ya”, katanya. Ia buru-buru masuk kamar
sambil membawa gaunnya.
Tak perlu lama, ia sudah keluar dengan memakai
baju itu. Ia benar-benar cantik.
“Bagaimana wan?”, tanyanya.
“Cantik mbak, Superb!!”, kataku sambil
mengacungkan jempol.
Ia tiba-tiba berlari dan memelukku. Erat sekali,
sampai aku bisa merasakan dadanya. “Terima kasih”
“Aku cinta kamu mbak”, kataku.
Mbak Dewi menatapku. “Aku tahu”
Aku memajukan bibirku, dan dalam sekejap bibirku
sudah bersentuhan dengan bibirnya. Inilah first kiss
kita. Aku menciumi bibirnya, melumatnya, dan
menghisap ludahnya. Lidahku bermain di dalam
mulutnya, kami berpanggutan lama sekali. Mbak
Dewi mengangkat paha kirinya ke pinggangku, aku
menahannya dengan tangan kananku. Ia jatuh ke
sofa, aku lalu mengikutinya.
“Aku juga cinta kamu wan, dan aku bingung”,
katanya.
“Aku juga bingung mbak”
Kami berciuman lagi. Mbak Dewi berusaha melepas
bajuku, dan tanpa sadar, aku sudah hanya bercelana
dalam saja. Penisku yang menegang menyembul
keluar dari CD. Aku membuka resleting bajunya,
kuturunkan gaunnya, saat itulah aku mendapati dua
buah bukit yang ranum. Dadanya benar-benar
besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah,
kujilati. Aku lalu menurunkan terus hingga ke
bawah. Ha? Nggak ada CD? Jadi tadi mbak Dewi ke
kamar ganti baju sambil melepas CD-nya.
“Nggak perlu heran Wan, mbak juga ingin ini koq,
mungkin inilah saat yang tepat”, katanya.
Aku lalu benar-benar menciumi kewanitaannya.
Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku baru pertama kali
melakukannya. Rasanya aneh, tapi aku suka. Aku
cinta mbak Dewi. Mbak Dewi meremas rambutku,
menjambakku. Ia menggelinjang. Kuciumi pahanya,
betisnya, lalu ke jempol kakinya. Kuemut jempol
kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki adalah
bagian paling sensitif bagi wanita.
“Tidak wan, jangan….AAAHH”, mbak Dewi
memiawik.
“Kenapa mbak?” kataku.
Tangannya mencengkram lenganku. Vaginanya
basah sekali. Ia memejamkan mata, tampak ia
menikmatinya. “Aku keluar wan”
Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku. Aku duduk di
sofa sambil memperhatikan apa yang dilakukannya.
“Gantian sekarang”, katanya sambil tersenyum.
Ia memegang penisku, diremas-remas dan dipijat-
pijatnya. Oh…aku baru saja merasakan penisku
dipijat wanita. Tangan mbak Dewi yang lembut,
hangat lalu mengocok penisku. Penisku makin lama
makin panjang dan besar. Mbak Dewi menjulurkan
lidahnya. Dia jilati bagian pangkalnya, ujungnya, lalu
ia masukkan ujung penisku ke dalam mulutnya. Ia
hisap, ia basahi dengan ludahnya. Ohh…sensasinya
luar biasa.
“Kalau mau keluar, keluar aja nggak apa-apa wan”,
kata mbak Dewi.
“Nggak mbak, aku ingin keluar di situ aja?”, kataku
sambil memegang liang kewanitaannya.
Ia mengerti, lalu aku didorongnya. Aku berbaring,
dan ia ada di atasku. Pahanya membuka, dan ia
arahkan penisku masuk ke liang itu. Agak seret,
mungkin karena memang ia tak pernah bercinta
selain dengan suaminya. Masuk, sedikit demi sedikit
dan bless….Masuk semuanya. Ia bertumpu dengan
sofa, lalu ia gerakkan atas bawah.
“Ohh….wan…enak wan…”, katanya.
“Ohhh…mbak…Mbak Dewi…ahhh…”, kataku.
Dadanya naik turun. Montok sekali, aku pun
meremas-remas dadanya. Lama sekali ruangan ini
dipenuhi suara desahan kami dan suara dua daging
beradu. Plok…plok..plok..cplok..!! “Waan…mbak
keluar lagi…AAAHHHH”
Mbak Dewi ambruk di atasku. Dadanya menyentuh
dadanku, aku memeluknya erat. Vaginanya benar-
benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit waktu
untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di sofa.
“Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan
cairanmu ke dalam rahimku. Mbak rela punya anak
darimu wan”, katanya.
Aku tak menyia-nyiakannya. Aku pun
memasukkannya. Kudorong maju mundur, posisi
normal ini membuatku makin keenakan. Aku
menindih mbak Dewi, kupeluk ia, dan aku terus
menggoyang pinggulku. Rasanya udah sampai di
ujung. Aku mau meledak. AAHHHH….
“Oh wan…wan…mbak keluar lagi”, mbak Dewi
mencengkram punggungku. Dan aku
menembakkan spermaku ke rahimnya, banyak
sekali, sperma perjaka. Vaginanya mbak Dewi
mencengkramku erat sekali, aku keenakkan. Kami
kelelahan dan tertidur di atas sofa, Aku memeluk
mbak Dewi.
Siang hari aku terbangun oleh suara HP. Mbak Dewi
masih di pelukanku. Mbak Dewi dan aku terbangun.
Kami tertawa melihat kejadian lucu ini. Waktu
jamnya menjemput anak-anak mbak Dewi
sepertinya.
Mbak Dewi menyentuh penisku. “Ini luar biasa,
mbak Dewi sampe keluar berkali-kali, Wan, kamu
mau jadi suami mbak?”
“eh?”, aku kaget.
“Sebenarnya, aku dan ibumu itu bukan saudara
kandung. Tapi saudara tiri. Panjang ceritanya. Kalau
kamu mau, aku rela jadi istrimu, asal kau juga
mencintai anak-anakku, dan menjadikan mereka
juga sebagai anakmu”, katanya.
Aku lalu memeluknya, “aku bersedia mbak”.
Setelah itu entah berapa kali aku mengulanginya
dengan mbak Dewi, aku mulai mencoba berbagai
gaya. Mbak Dewi sedikit rakus setelah ia
menemukan partner sex baru. Ia suka sekali
mengoral punyaku, mungkin karena punyaku terlalu
tangguh untuk liang kewanitaannya. hehehe…tapi
itulah cintaku, aku cinta dia dan dia cinta kepadaku.
Kami akhirnya hidup bahagia, dan aku punya dua
anak darinya. Sampai kini pun ia masih seperti dulu,
tidak berubah, tetap cantik.


Adult | GO HOME | Exit
1/1335
U-ON

inc Powered by Xtgem.com